Betapa kita bolak balik mendengar ayat itu dlm mau’idzoh chasanah, dalam membaca Al-qur’an, dalam mendengarkan ceramah2 juga. Tapi tidaklah sampai di kuping hati kita. kita hanya bisa menangkap bahwa : “Dunia adalah kenikmatan yg semu” hanya itu tok yg sampai kepada kuping kita, habis itu kita buang lagi deh hasil tangkapan kita seperti terbuangnya udara dari hidung kita.
marilah kita belajar bersama sama mengupas sedikiiiiiiiiiiiiiit saja kandungan makna dari ayat tersebut, kenapa alfaqir bilang sedikit? Karena alfaqir dikaruniai sedikit oleh paduka pengecat Lombok dan tomat, namun sedikit ini adalah hal yg luar biasa bagi alfaqir ini jika bermanfaat untuk diri alfaqir khususnya.
****Dunia adalah kenikmatan semu, dan perkara akhirat adalah haq (kenyata’an)**** Karena dunia adalah semu, maka kita mengkhayalkannya, Dan karena akhirat itu haq, maka kita tidak bisa mengkhayalkannya.
Kita bisa mengkhayal andai aku punya uang banyak, andai aku punya rumah besar yang komplit, andai aku punya beberapa bidang tanah,pekarangan,sawah,tambak, toko, perusahaan, usaha sendiri yg mandiri. Dan lain sebagainya.
Maka jawabannya adalah: mungkin aku bisa begini, bisa begitu, bisa ini bisa itu. Dan aku akan bahagia. Hehehehe… katanya. (kata khayalan juga).
Karena pada kenyataannya kita memang tidak benar2 menikmati uang, kecuali kita melihat/menggenggam tumpukan2 kertas dengan tanda tangan bank Indonesia. Kita tidak menikmati toko dan bidang2 tanah, melainkan kita menjadi babu untuk merawat dan menjaganya. Kita tidak menikmati perusahaan kita, usaha mandiri kita, kecuali kita di kontrak entah oleh siapa untuk memikirkan kemajuan dan menjaga kemundurannya. Lalu bahagianya Dimana????? Ting tong...
(
kata khayalan bahwa kebahagiaanya adalah saat kita menikmati hasilnya, saat tercapai semua ke’inginan kita). Ini adalah mimpi!! Se’umur hidup kita tak akan mencapai semua ke’inginan (nafsu) kita. Sudah Ada uang kita ingin burger,stik, atau pizza, atau makanan minuman aneh yg tidak pernah dirasakan kita. dsb. Sudah ada mobil kita inginkan tamasya, kalo bisa keliling dunia. Ada toko ada perusahaan kita ingin mengembangkannya. Jadi apa yang di capai dari semua ke’inginan kita???
Tak ada puncak Semua hanya fatamorgana. Kita hanya di putar2kan dunia. Mungkin inilah salah satu kandungan makna “illa Mataa’ul ghuruur”.
Ternyata kebahagiaan sejati adalah Hidup kita, sehat kita, ketenangan hati kita dari segala ke’inginan2 duniawiyah yang menyiksa, dan membuat kita terus menerus berkhayal (Thulil amal). Maka gusti Allah berpesan kepada kita: “Alaa bi dzikrillahi Tathma-innul quluub” [ingatlah, dengan dzikir kepada Allah tentramlah semua hati].
****Namun untuk perkara akhirat, karena amrul Akhirat, dan jalan yang menuju kesana itu haq . Kita ternyata memang tak bisa mengkhayalkannya. Kita hanya bisa langsung menjalaninya.
Pernahkah kita mengkhayalkan Andai kata aku masuk surga tentu kita bisa ini bisa itu, andai aku menyebrangi jembatan shirotol mustaqim aku akan memakai ini, memakai itu agar selamat. Andai aku masuk alam qubur, aku akan masuk bersama semua amal2 kebaikanku agar kuburanku terang, dan aku ada yang menemani. Atau apakah kita pernah berkhayal andai aku berdzikir kepada Allah tentulah aku akan tenang hatiku, seperti dalam firmannya, dan aku akan bahagia.
Ternyata tidak. Kita memang tidak bisa mengkhayalkannya, seperti mengkhayalkan dunia. Semua itu haq, dan kita hanya bisa menjalaninya, membuktikannya. Perkara akhirat tidak bisa di andai2. Wallahu ‘alam bis showaab.
Semoga alfaqir menulis ini di hindarkan dari shifat2 buruknya hati. Hanya kepada gusti Allah Hamba memohon.